Kamis, 26 Desember 2013

Gunung Merapi, pengalaman mendaki gunung pertama yang tak terlupakan.

JJumat, 20 Desember 2013 hujan sudah mengguyur Kota Klaten dari pagi. Tak terlintas di dalam pikiran hari itu akan menjadi salah satu hari paling "gila" dalam hidup ku, gila? kenapa gila? karena tak sedikit pun terbersit di dalam pikiran ku akan mendaki gunung, tanpa persiapan fisik maupun mental. Hari itu aku datang ke rumah teman ku untuk minta duit sekalian main dan di situlah kegilaan itu berawal, teman ku mengajak ku untuk mendaki gunung Merapi bersama teman-temannya karena katanya mereka lagi kekurangan orang. Temanku mengajak ku supaya rombongannya tidak ganjil, sebelumnya sudah ada 7 orang yang akan pergi mendaki Merapi. Aku pun sempat ragu untuk meng-iya kan ajakan teman ku karena akhir-akhir ini cuaca sedang tidak bersahabat hujan tak kenal waktu pagi, siang, sore, malam hampir setiap hari apalagi pas aku datang ke rumah teman ku hari juga sedang hujan dengan bujuk rayu ala SPG rokok akhirnya aku iya kan ajakan teman ku setelah hampir setengah jam berfikir. Akhirnya aku segera pulang untuk berkemas-kemas, di jalan pun aku masih ragu pada diri ku, apa aku bisa? sesampainya dirumah segera ku kemasi barang-barang ku barang yang ku bawa hanya baju ganti, sepatu cats biasa yang sering saya gunakan sehari-hari untuk kuliah, maklum baru pertama naik gunung dan pada dasarnya saya bukan orang yang suka atau hobi naik gunung, perlengkapan lainnya akan ku sewa nanti di Jogja, ow ya jangan lupa bawa mantol!. Sesampainya di Jogja kami semu segera berkumpul dan berunding tentang barang apa saja yang akan kami bawa dan ternyata rombongan yang seharusnya 8 orang mendadak 1 orang canceled ya mau ga mau rombongan kami jadi ganjil. Setelah selesai berunding kami segera pergi ke penyewaan alat-alat camping setiap orang menyewa 1 buah tas ransel gunung yang gedhenya mengingatkan saya kepada paha teman saya, 1 buah matras, 1 buah sleeping bag dan 1 buah headlamp sedangkan tenda kami hanya menyewa 1 tenda karena teman saya ada yang punya 1. Satu tenda kapasitasnya bisa menampung 3-4 orang Untuk urusan makan selain membawa mie instan setiap individu juga membawa perbekalan logistik masing-masing. Saya sendiri memilih membawa roti dan coklat selain praktis juga lumayan ampuh buat menganjal perut. ow ya, kelompok kami akan mendaki Gunung Merapi Melaluli jakur Selo Kabupaten Boyolali. Jam 8 malam kami serombongan berangkat dari jogja pakek motor lewat Magelang jalan yang sepi, gelap diampit tebing-tebing tinggi serta rintik hujan dan kabut yang lumayan tebal menemani perjalanan kami, sensasinya kayak lagi di "Silent Hill". Pukul 10 kurang kami dan rombongan tiba di basecamp Selo, tempatnya seperti rumah penduduk kebanyakan pintu depan rumah banyak ditempel stiker-stiker pencita alam dari berbagai tempat. Disini kami mulai menyiapkan barang-barang dan menitipkan sepeda motor kami entah karena kami datangnya terlalu larut atau bagaimana tak ada orang yang mendata identitas kami sebelum berangkat naik, tapi kata Dimpel leader kami hal itu ga papa tapi kalau menurut saya alangkah baiknya jika semua itu di data baik data diri pendaki maupun barang-barang yang dibawa.

 
persiapan sebelum mendaki
Setelah disepakati kami mulai mendaki jam 10 malam, saat itu suasana sangat sepi dan hujan rintik-rintik mulai mengguyur, kami mulai berjalan menelusuri kebun penduduk karena perjalanan dilakukan pada malam hari maka penglihatan pun berkurang dan apa yang kami lihat hanya sebatas jangkauan headlamp kami dan yang baru saya sadari setelah turun ternyata jalan yang saya lewati saat naik menuju pos 1 sebelah kirinya adalah jurang. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai pos satu setengah jam tergantung kecepatan jalan kita. Kurang lebih pukul 11:30 kami tiba di pos 1, di pos 1 ada sebuah gapura dari bambu dan ada sebuat gazebo yang beratapkan seng saya tak sempat memotret suasana pos 1 karena saya sendiri terlalu capek dan diperjalana menuju pos 1 tadi saya muntah-muntah, saya tak tahu kenapa apa mungkin karena saya belum minum Anti*o ya?dan apa mungkin ada istilah mabuk gunung?. Setelah beristirahat sebentar akhirnya kami semua melanjutkan perjalanan, jalan menuju pos 2 berbeda dengan yang menuju pos 1. jalan menuju pos 1 didominasi tanah yang lumayan menanjak sedangkan perjalanan menuju pos 2 didominasi batu-batu dengan track menanjak. Ow ya, sebenarnya saya masih bingung yang dimaksud pos 1 itu yang mana pos 2 itu yang mana dan pos bayangan itu yang mana. Di pemberhentian sebelumnya (pos 1) tidak ada tulisan yang menunjukan dengan jelas kalu itu pos 1 atau apa mungkin saya saja yang tidak tahu? sebelum menuju pos 2 tempat kami akan mendirikan tenda ada sebuah bangunan berbentuk gazebo yang sama persis seperti bangunan yang ada di pos 1 yang berbentuk persegi dengan atap seng, tapi atap seng di sini ada beberapa bagian yang terkelupas, mungkin itu karena tertiup badai gunung. ow ya, kata leader saya tempat itu namanya pos bayangan. Perjalanan kami lanjutkan dengan menelusuri jalan berbatu yang cukup terjal, lagi-lagi di kanan kirinya diapit jurang. Kurang lebih pukul 02:00 dini hari, kami sampai ditempat kami akan mendirikan tenda, tempatnya agak turun ke bawah dekat dengan gua, posisinya lumayan bagus karena letaknya agak ke bawah sehingga dapat menghalau angin dari arah barat tapi ya itu, sebelah timur nya langsung menghadap ke jurang. Setelah mempersiapkan tenda dan membuat mie instan kami segera tidur dan mempersiapkan diri untuk mendaki puncak keesokan harinya. Pukul 6 kami terbangun, tenda kami yang menghadap ke timur langsung bisa menyaksikan sunrise yang sangat indah dengan puncak gunung Lawu mengintip genit diantara awan. Pagi itu cukup cerah pukul 06:00 kami putuskan untuk berangkat ke puncak.


Jalan menuju puncak seperti jalan dari pos 1 ke pos 2 yang didominasi bebatuan, sebelum puncak kami melewati area yang dinamakan Pasar Bubrah atau orang juga sering menyebutnya dengan sebutan Pasar Setan. kenapa disebut pasar setan? konon katanya setiap malam Jumat Kliwon terdengar suara gamelan dan suara gaduh lainya seperti saat kita di pasar dan katanya kalau ada orang atau pendaki melihat dan masuk kesana maka dia tidak akan bisa kembali lagi ke dunia nyata. Sebelum sampai di Pasar Bubrah kita akan menjumpai sebuah monumen kenagan untuk mengenang 3 pendaki dari SMA 6 Yogyakarta yang meninggal saat pendakian tanggal 1-3 Maret 1977.

jalan menuju Pasar Bubrah



Monumen Kenangan (semoga arwahnya tenang di alam sana, AMIN)


Pasar Bubrah 2671 mdpl


 istirahat sejenak di Pasar Bubrah

Ow ya, pada awal pendakian sebenarnya kami dan rombongan tidak memaksakan diri untuk sampai "muncak" di puncak Garuda karena dengan pertimbangan cuaca dan sebagainya, namun alangkah beruntungnya kami bertemu dengan rombongan dari BPPTK (Balai Penyelidikan dan Pengembangan teknologi Kegunungapian) yang akan memasang alat di puncak Merapi. Perjalanan ke puncak Merapi tak semudah yang saya pikirkan, medanya menanjak berpasir dan penuh bebatuan yang tidak stabil, dan anda harus berhati-hati jika mendaki dan ada pendaki lain di atas anda jangan sampai terkena longsoran dari atas karena pengalaman teman saya pada saat turun punggungnya terkena batu yang menggelinding dari atas dan itu pasti rasanya sakit sekali.

Track menuju puncak

Setalah kurang lebih 2 jam mendaki, kami tiba di puncak. Saya dan tiga rekan saya sampai di puncak paling akhir karena seperti saya bilang di awal, ini baru pertama kali saya naik gunung. saat di tengah jalan menuju puncak pikiran saya sudah macam-macam, jika saya terpeleset sedikit saja maka nyawa taruhannya kalo tidak yaa paling-paling saya sudah patah tulang.

10 meter sebelum puncak, sempat terbersit untuk menyerah

Sempat terbersit untuk menyerah, namun ada bapak-bapak dari BPPTK bilang sayang jika sudah sejauh ini tidak "muncak" dan akhirnya bapak yang tidak saya ketahui namanya tadi mengulurkan tangannya dan bilang saya ga boleh terlalu lama duduk di situ karena ditempat saya duduk di belakangnya terdapat batu tempat keluar asap sulvatara yang jika terlalu lama terhirup akan berbahaya. Terima kasih buat bapak yang menolong saya tadi atas bantuan dan nasihatnya.

Puncak Merapi (dibelakang teman saya itu adalah rekahan kayah yang menghadap ke Sleman DIY)

Tepar di puncak Merapi


Patok di puncak Merapi

Di bawah adalah kawah Merapi, tapi sayang tertutup kabut

Rombongan dari BPPTK sedang memantau kawah Merapi

Rombongan kami

Memandangi track turun yang cukup membuat "linu"

Track turun yang berpasir dan berkabut tentunya

Makan siang dulu sebelum melanjutkan perjalanan turun, ow ya sekedar tambahan saat akan turun hujan pun mengguyur tanpa henti yang mengakibatkan beberapa tebing longsor dan menutup jalan, buat yang akan mendaki saat musim hujan dihimbau untuk hati-hati.

Begitulah kurang lebih pengalaman naik gunung pertama saya, dibilang capek sudah pasti dari itu semua saya memetik beberapa pelajaran dari mendaki gunung, mulai dari arti dari sebuah perjuangan, kesabaran, rasa pengertian antara satu dengan yang lain, dan yang paling penting adalah rasa pengorbanan, pengorbanan karena sepatu saya ketinggalan di basecamp 😭, kalo dibilang kapok naik gunung saya rasa tidak, bahkan saya berencana ingin mendaki gunung-gunung lain yang ada di pulau Jawa bahkan gunung yang ada di Indonesia atau bahkan gunung yang ada di negara lain, yaa semoga semua itu bisa terwujud, AMIN.